Assalamu 'alaikum wr. wb.
Sekedar bertanya terkait dengan menolong korban kecelakaan pesawat. Pertanyaan ini titipan dari teman-teman yang bekerja di daerah bencana. Apakah tubuh-tubuh korban yang sudah menjadi jenazah itu termasuk najis? Apakah hukum jenazah muslim dan non muslim? Dengan kata lain, apakah tubuh jenazah orang kafir itu termasuk najis? Mohon penjelasan.
Wassalam
Sekedar bertanya terkait dengan menolong korban kecelakaan pesawat. Pertanyaan ini titipan dari teman-teman yang bekerja di daerah bencana. Apakah tubuh-tubuh korban yang sudah menjadi jenazah itu termasuk najis? Apakah hukum jenazah muslim dan non muslim? Dengan kata lain, apakah tubuh jenazah orang kafir itu termasuk najis? Mohon penjelasan.
Wassalam
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Syariat Islam menetapkan bahwa tubuh manusia pada dasarnya adalah benda yang suci dan bukan merupakan benda najis. Dasarnya adalah firman Allah SWT :
Syariat Islam menetapkan bahwa tubuh manusia pada dasarnya adalah benda yang suci dan bukan merupakan benda najis. Dasarnya adalah firman Allah SWT :
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam. (QS.
Al-Isra' : 70)
Para ulama ahli fiqih umumnya mengartikan maksud bahwa Allah
SWT memuliakan anak-anak Adam bahwa tubuh manusia itu mulia, artinya hukum
tubuh-tubuh manusia bukan termasuk benda najis. Maka hukum tubuh manusia itu
adalah suci.
Ayat ini juga tidak membedakan agama yang dianut seorang
anak Adam, apakah muslim ataukah kafir, apakah dia laki-laki atau wanita,
apakah dia masih hidup atau sudah wafat.
Hukum tubuh manusia yang agamanya bukan Islam, alias hukum
tubuh orang kafir juga suci dan bukan termasuk benda najis. Kalau kita
menyentuh kulit mereka, tidak ada kewajiban mencuci 7 kali salah satunya dengan
tanah.
Di dalam Al-Quran Al-Karim Allah SWT telah berfirman tentang
hal yang menyangkut orang musyrik yang dikatakan najis.
إِنَّمَا المشْرِكونَ نَجَسٌ
Sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis (QS.
At-Taubah : 28)
1. Bukan Najis Fisik Tapi Aqidah
Dalam hal ini jumhur ulama berpendapat meski ada ayat di
atas menyebutkan bahwa orang-orang musyrik itu najis, tetapi bukan berarti
tubuh mereka najis. Ada dua alasan mengapa kita tidak mengambil ayat ini secara
lahiriyah.
Pertama, para ulama mengatakan bahwa yang dimaksud najis
dalam ayat ini bukan secara najis secara fisik, melainkan najis secara kiasan,
yaitu yang merupakan najis adalah aqidah mereka yang mereka yakini. Aqidah
orang kafir yang menyekutukan Allah itulah yang hukumnya najis.
Kedua, bahwa ayat di atas tidak terkait dengan najis secara
hakiki atau ‘ain, melainkan secara hukmi. Najis hukmi maksudnya bukan najis,
melainkan berhadats, baik hadats kecil maupun hadats besar. Maksudnya tubuh
orang tidak suci dari hadats kecil dan besar, karena mereka tidak berwudhu atau
mandi janabah. Dan mereka memang tidak pernah melakukannya. Namun tubuh mereka
bukan benda najis, yang apabila terkena pada badan kita harus dicuci.
2. Nabi SAW Menerima Bani Tsaqif di Dalam Masjid
Hujjah lainnya bahwa tubuh orang kafir itu tidak merupakan
najis adalah ketika Nabi SAW menerima utusan dari Tsaqif yang nota-bene adalah
orang kafir di dalam masjid.
عَنْ عُثْمَانَ ابْنِ أَبيِ العَاصِ أَنْزَلَ النَّبِيُّ وَفْدَ
ثَقِيفٍ فيِ المَسْجِدِ
Dari Utsman bin Abil Ash radhiyallahuanhu bahwa Rasulullah
SAW menerima utusan dari Tsaqif di dalam masjid (HR. Abu Daud)
3. Air Liur Orang Kafir Tidak Najis
Dalil yang ketiga bahwa tubuh orang kafir bukan termasuk
benda najis adalah apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW terhadap orang-orang
kafir yang datang kepada beliau SAW dan Abu Bakar minum susu bersama-sama
dengan orang kafir dari wadah yang sama.
أُتِيَ عَلَيْهِ الصَّلاةُ وَالسَّلامُ بِلَبَنٍ فَشَرِبَ بَعْضَهُ
وَنَاوَل الْبَاقِيَ أَعْرَابِيًّا كَانَ عَلَى يَمِينِهِ فَشَرِبَ ثُمَّ
نَاوَلَهُ أَبَا بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فَشَرِبَ وَقَال : الأْيْمَنَ
فَالأْيْمَنَ
Rasulullah SAW diberikan susu lalu beliau meminumnya
sebagian lalu disodorkan sisanya itu kepada a’rabi (kafir) yang ada di sebelah
kanannya dan dia meminumnya lalu disodorkan kepada Abu Bakar dan beliau pun
meminumnya (dari wadah yang sama) lalu beliau berkata,’Ke kanan dan ke kanan’.
(HR. Bukhari)
Kalau tubuh orang kafir itu najis, maka seharusnya beliau
SAW tidak mau minum dari bekas mulut orang kafir. d. Pandangan Keliru Aliran
Sempalan
Ada aliran yang menyempal dari agama Islam semacam LDII dan
yang lainnya. Mereka punya sikap aneh terhadap masalah kenajisan tubuh orang
kafir.
Pertama
Mereka memandang bahwa orang-orang yang tidak ikut berbai'at
kepada imam mereka, dipandang sebagai orang yang bukan muslim.
Kedua
Mereka memandang bahwa karena bukan muslim, maka tubuh kita
yang tidak ikut aliran mereka dianggap benda najis.
Sehingga apabila ada orang di luar jamaah mereka ikut
numpang shalat di masjid yang mereka kuasai, sehabis shalat tempat itu langsung
dicuci dan dipel dengan air. Alasannya karena tempat itu bekas orang kafir.
Dengan pandangan para fuqaha ini, maka apa sikap aliran
sesat itu telah menyalahi dua hal sekaligus :
1. Mengkafirkan Sesama Muslim.
Bahwa semua orang yang tidak bersyahahadat ulang di depan
imam mereka dianggap belum muslim, tentu sebuah aqidah yang keliru. Karena pada
dasarnya setiap orang dilahirkan dalam keadaan muslim dan akan tetap menjadi
muslim tanpa harus bersyahadat lagi.
Adapun syahadat hanya dibutuhkan ketika orang yang kafir mau
masuk Islam. Sementara orang yang lahir dari ayah dan ibu yang muslim lalu
tumbuh besar dan dewasa sebagai muslim tentu saja hukumnya muslim.
2. Menganggap Orang Kafir Najis
Ini kesalahan mereka yang kedua. Padahal tidak ada satu pun
pandangan ulama yang menyebutkan bahwa tubuh orang kafir itu najis. Dan semua
hadits Nabi SAW di atas, seperti menerima utusan dari Tsagif yang notabene
kafir, justru di dalam masjid, atau minum susunya Nabi SAW bersama-sama orang
kafir, jelas sekali menjadi dasar tidak najisnya tubuh orang kafir.
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi
wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc., MA
Rumahfiqih.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar