Tujuan hidup yang paling utama dan pertama adalah berburu
bekal akhirat, untuk mendapatkan bekal akhirat tentunya kita butuh keistiqamahan
dalam beribadah dan hubungan yang baik dengan sesama. Modal utama membangun
kemampuan seseorang beribadah dan peduli dengan sesama adalah melemahkan hati.
Hati yang keras akan memunculkan sifat dan perilaku yang kurang baik dan
beratnya menjalankan ibadah.
Hati yang dimiliki setiap insan terkadang ia selembut air,
tapi juga terkadang sekeras batu. Lembutnya hati karena taatnya si pemilik hati
kepada Swt. Sebaliknya, kerasnya hati karena kedurhakaan si pemilik hati
kepada-Nya. Seorang yang lembut hatinya akan mudah menerima kebenaran yang
datang dari Rabb-nya, dan mudah menangis saat mengingat dosa kepada Allah, dan
segera bertaubat saat ia melanggar batasan Allah Swt. Adapun orang-orang yang
keras hatinya, maka hatinya tertutup, susah dalam menerima kebenaran dan akan
sangat susah untuk bisa menangis saat mengingat siksaan Allah dan
kebesaran-Nya. Lalu, berat rasanya melakukan taubat kepada Allah.
Pada kesempatan kali ini, kami akan sedikit berbagi tentang
beberapa perkara yang dapat mnegeraskan hati, sebagaimana yang kami kutip dari
kitab Muraqi Ubudiyyah, Halaman 65. Sebahagian Ulama berkata ;” ada tiga
perkara yang membuat hati keras, pertama;
الضحك من غير عجب
Tertawa tanpa sebab atau banyak tertawa.
Tertawa dalam bahasa Arab terbagi tiga, ada yang dikatakan
dengan الضحك, قهقهة danتبسم ,
tertawa yang diharamkan adalah قهقهة atau biasa
disebut dengan tertawa ‘ala setan, yaitu dengan suara yang besar melebi
kebiasaan ditambah dengan memukul-mukul diri, sedangkan tertawa الضحك atau biasa dikenal dengan tertawa
yang biasa ada pada manusia biasa, ini tidak sampai pada tingkatan diharamkan,
tetapi bisa jadi makruh kalau berlebihan dan menjadikan hati keras, dan yang
terakhir adalah تبسم , atau biasa disebut senyum, yang ada pada para Rasul, dan
ini dibolehkan, bahkan dianjurkan dalam agama.
Tertawa memang bukan hal yang dilarang. Namun jika sering dilakukan dan melewati batas, maka menjadi tercela, bahkan banyak tertawa akan mengeraskan hati. Menjadikan susah masuknya hidayah, tidak tersentuh oleh peringatan-peringatan dari Alqur’an dan Hadis, serta menjauhkan pemiliknya dari Allah Swt. Oleh karena demikianlah, Raulullah Saw melarang banyak tertawa, sebagaimana dalam sebuah hadis :
أقِلَّ الضَّحِك ، فَإن كَثْرَة الضَّحِكِ تُمِيتُ القَلْبَ
Sedikitkanlah tertawa, karena banyak tertawa akan mematikan hati. [ Shahih adabul mufrad : 252 ].
Kebiasaan yang ada pada Rasululah adalah tersenyum, bukan
tertawa. Banyak tersenyum adalah hal yang diperintahkan oleh agama. Bahkan
senyuman seseorang kepada saudaranya dinilai sebagai sedekah. Rasulullah
sallallahu alaihi wasallam bersabda ;
تَبَسُّمُكَ فِي وَجْهِ أَخِيكَ صَدَقَةٌ
Senyummu pada saudaramu adalah shdaqah [ HR. Ahmad ].
Bahkan Rasullulah mengajak umatnya untuk memperbanyak
menangis kepada Allah dan sedikit tertawa. Kebiasaan beliau ini juga diikuti
oleh para khulafa’ ar rasyidun dan para sahabat lainnya. Sebagaiman yang
disebutkan dalam sebuah Hadis;
والذي نَفسِي بِيَدِه لو تَعْلَمُون ما أَعلَمُ ، لضَحِكتُم قَلِيلا
ولَبَكَيْتُم كَثيراً
Dan demi jiwaku yang ada dalam kekuasaan-Nya, seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis. [ Adabul mufrad 254 ]
Maka tidak ada jalan lain jika seseorang ingin melemahkan
hatinya kecuali dengan meninggalkan banyak tertawa dan memperbanyak tangisan
kepada Allah Swt. Dengan demikian, hati akan lemah, ringan dalam melakukan
ibadah, dan akan dengan mudah menerima kebenaran. yang kedua :
والأكل من غير جوع
Makan saat belum lapar atau banyak makan
Di saat seseorang banyak makan, maka dia telah menuruti syahwat perutnya. Orang yang banyak makan akan menjadi malas, mberat badan akan mudah naik dan rentan terkena penyakit. Tidak hanya itu, otakpun menjadi bebal dan sulit diajak berfikir. Karena itulah, disyariatkannya puasa dalam islam, baik yang wajib atau yang sunat. Sehinnga para dokter juga mengatakan kalau penyebab utama datangnya penyakit adalah makan sebelum lapar atau masih kenyang, dan salah satu metode untuk menjaga kesehatan adalah makan di saat lapar dan sedikit. Bahkan Rasulullah Saw:
Di saat seseorang banyak makan, maka dia telah menuruti syahwat perutnya. Orang yang banyak makan akan menjadi malas, mberat badan akan mudah naik dan rentan terkena penyakit. Tidak hanya itu, otakpun menjadi bebal dan sulit diajak berfikir. Karena itulah, disyariatkannya puasa dalam islam, baik yang wajib atau yang sunat. Sehinnga para dokter juga mengatakan kalau penyebab utama datangnya penyakit adalah makan sebelum lapar atau masih kenyang, dan salah satu metode untuk menjaga kesehatan adalah makan di saat lapar dan sedikit. Bahkan Rasulullah Saw:
مَا مَلَأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنِهِ بِحَسْبِ ابْنِ
آدَمَ أَكَلَاتٍ يُقِمْنَ صُلْبَهُ فَإِنْ كَانَ لَا مَحَالَةَ فَثُلُثٌ
لِطَعَامِهِ وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ
“Tidak ada wadah paling buruk yang diisi manusia selain
perutnya, cukuplah seorang anak Adam makan beberapa suap makanan saja yang
dapat mengokohkan tulang punggungnya. Jika memang ia harus mengisi perutnya
maka hendaknya ia mem-berikan sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk
minumannya dan sepertiga lagi untuk nafasnya". { HR. At-Tirmidzi}
Dan, perkara yang terakhir (yang ke tiga) adalah:
والكلام من غير حاجة
Bicara tanpa keperluan atau berlebihan
Apa hubungan banyak bicara dan hati?. Lisan adalah salah satu perwakilan hati. Islam mengajarkan umatnya untuk bicara yang baik. Jika tidak bisa, maka diam, keimanan seseorang terkait erat dengan sejauh mana seseorang menjaga lisannya. Rasulullah Saw bersabda:
لَا يَسْتَقِيمُ إِيمَانُ عَبْدٍ حَتَّى يَسْتَقِيمَ قَلْبُهُ وَلَا
يَسْتَقِيمُ قَلْبُهُ حَتَّى يَسْتَقِيمَ لِسَانُهُ
Tidak akan lurus iman seorang hamba hingga lurus hatinya.
Dan tidak akan lurus hatinya hingga lurus lisannya. [ HR. Ahmad ].
Dalam hadist yang lain beliau bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ
خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت
“Barangsiapa yang berimana kepada Allah dan hari kiamat, hendaklah dia berkata benar atau diam,” [HR. Al-Bukhari}
Imam an Nawawi dalam mensyarah hadis ini berkata : “Apabila
salah seorang diantara kalian hendak berbicara dan pembicaraan tersebut
benar-benar baik dan berpahala, baik membicarakan perkara yang wajib maupun
sunnah, maka silakan dia membicarakannya. Jika belum jelas baginya, apakah
perkataan tersebut baik dan berpahala atau perkataan itu nampak samar baginya
antara haram, makruh dan mubah, maka hendaknya ia tidak mengucapkannya"
Oleh karena demikian, perkara-perkarayang hukumnya mubah untuk dikatakan,
sangat dianjurkan untuk menahan diri dari mengataknnya, karena ditakutkan bisa
terjerumus kepada perkataan yang diharamkan nantinya.
Demikianlah sedikit pembahasan tentang beberapa sebab yang
dapat mengeraskan hati, sebenarnya sebab itu tidak hanya tiga perkara di atas,
namun ketiga perkara di atas adalah yang paling sering kita temui dalam
kehidupan. Semoga bermanfaat. Wallahu’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar